Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi paru-paru yang telah dikenal sejak ratusan tahun lalu, namun hingga hari ini masih menjadi tantangan besar bagi dunia—terutama di Indonesia. Data dari WHO menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam 3 besar negara dengan beban TBC tertinggi di dunia.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebar melalui udara saat penderita batuk atau bersin. Gejalanya sering tak disadari, seperti batuk terus-menerus lebih dari dua minggu, demam ringan, penurunan berat badan, dan berkeringat di malam hari.
Masalah utama dari TBC bukan hanya penularannya, tetapi juga ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan. Pengobatan TBC harus tuntas minimal 6 bulan; jika tidak, bisa menimbulkan TBC resisten obat (MDR-TB) yang jauh lebih sulit diobati.
Upaya nasional seperti program DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course) dan penguatan layanan puskesmas menjadi garda terdepan dalam penanganan. Namun, dukungan masyarakat dalam mendeteksi dini, tidak stigma, dan disiplin minum obat tetap menjadi kunci utama untuk mengakhiri epidemi TBC di Indonesia.